Pasca Kerusauhan di Inggris, WNI Diminta Tetap Waspada

Sejak sepekan terakhir, banyak demonstrasi yang mengakibatkan kerusuhan telah terjadi di beberapa wilayah Inggris. Demo pertama dimulai di daerah Southport, Liverpool, pada Selasa 30 Juli 2024, dan kemudian menyebar ke daerah lain di seluruh kota.

Kerugian terjadi pada 3 Agustus 2024 di London, Manchester, Southport, Hartlepool, dan Sunderland, menurut Independent. Di daerah yang terkena dampak kerusuhan terjadi kepanikan.
Masjid, Pusat Islam, dan pemukiman Muslim di wilayah setempat menjadi sasaran massa yang rusuh. Selain itu, dilaporkan bahwa massa menyerang petugas polisi yang berjaga selama demonstrasi, mengakibatkan puluhan polisi luka-luka.

Foto dan video demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi di beberapa wilayah Inggris tersebar di media sosial. Unggahan di media sosial menunjukkan bahwa massa melempari bangunan target hingga rusak dan membakar mobil polisi.

Aksi massa tersebut dikenal sebagai Riots United Kingdom atau Riots UK oleh masyarakat Inggris.

Penyebab Kerusuhan di Inggris

Selama sepekan, kerusuhan anti-Islam di beberapa wilayah Inggris dipicu oleh berita palsu yang dikenal sebagai hoaks. Aksi penusukan yang terjadi di sebuah kelas dansa anak-anak bertema Taylor Swift di Southport, Inggris, Senin (29/7/2024), dipicu oleh penyebaran berita palsu yang luas.

Tiga anak dan sepuluh orang lainnya terluka dalam penusukan brutal itu. Lima dari korban luka dinyatakan kritis.

Pelaku yang melakukan penusukan diidentifikasi berusia 17 tahun saat melakukannya dan menjadi 18 tahun saat ditangkap pada Rabu, 30 Juli 2024.

Karena undang-undang Inggris tentang perlindungan anak dan remaja, pelaku berusia 17 tahun harus dilindungi identitasnya, menurut The Guardian. Ini berarti bahwa pengadilan dan petugas kepolisian di daerah tersebut harus memastikan bahwa identitas pelaku tetap anonim selama beberapa waktu.

Sayangnya, hal itu menyebabkan banyak berita palsu beredar. Sebagian orang mengatakan bahwa pelaku adalah imigran Islam yang datang ke Inggris dengan perahu, tetapi orang lain mengatakan bahwa tindakan mereka adalah terorisme.

Banyak orang percaya pada pesan itu, terutama kelompok sayap kanan yang menentang imigran dan ekstrimisme Islam di Inggris. Hal ini memicu demonstrasi massal di jalan Southport melalui pesan media sosial.

Protesta segera menyebar ke daerah lain. Dengan demikian, pengadilan setempat diminta untuk mengungkap identitas pelaku penusukan. Pelaku bukan beragama Islam seperti yang diberitakan oleh publik.

Kepolisian mencurigai bahwa komunitas English Defence League (EDL) bertanggung jawab atas kerusuhan, menurut Independent. EDL adalah kelompok sosial yang terkenal menentang Islam dan ekstremis Islam di Inggris.

Polisi Umumkan Nama Pelaku Penusukan

Pengadilan Liverpool telah mengumumkan siapa pelaku penusukan di Southport, yang menjadi pusat tindakan anti-Islam dan kerusuhan di Inggris. Karena situasi panas di Inggris belakangan ini, pengadilan harus mengumumkan nama pelaku yang masih berusia remaja.

Axel Muganwa Rudakubana lahir di Cardiff, Wales, pada Juli 2006, dan dia adalah pelaku penusukan yang ditangkap di Southport, Inggris.

Sebagaimana dilaporkan oleh The Mirror, Rudakubana dibesarkan dalam keluarga Kristen di Ruwanda. Ayahnya seorang penganut Kristen, dan sang ibu digambarkan sebagai orang biasa yang “berjuang keras untuk bertahan hidup di sini.”

Tetangga mengatakan bahwa Rudakubana adalah seorang remaja yang tidak bergaul dan jarang keluar rumah. Namun, mereka juga mengatakan bahwa Rudakubana adalah seorang anak yang suka bernyanyi.

Bahkan di wilayah setempat, kemampuan bernyanyi Rudakubana sangat diakui. Ia tampil di Shaftesbury Theatre di West End bersama kelompok drama sekolah.

Sayangnya, Rudakubana terlibat dalam tindak pidana jelang ulang tahunnya yang ke-18. Ia menyerbu kelas dansa musim panas anak-anak di Southport, Inggris, dan melakukan penusukan kejam.

Akibat tindakannya, tiga gadis berusia antara enam dan sembilan tahun meninggal dunia. Bebe King (6), Elsie Dot Stancombe (7), dan Alice Dasilva Aguiar (9) meninggal dunia. Selain itu, ia melukai seorang guru dansa, delapan anak lainnya, dan seorang pengusaha yang berusaha menjaga korban lainnya.

Hakim di Pengadilan Mahkota Liverpool menyatakan bahwa Rudakubana akan divonis bersalah untuk pembunuhan dan kerusuhan saat dia ditahan di pusat penahanan remaja Liverpool.

Menurut hakim, demonstrasi yang mengakibatkan kerusuhan di Southport dapat memberikan “alasan tambahan” untuk vonis Rudakubana. Setelah identitas pelaku yang salah dan tuduhan palsu tersebar, akhirnya keputusan tersebut dibuat.

KBRI Inggris Minta WNI Tetap Waspada

Selain itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London meminta warga negara Indonesia (WNI) di Inggris untuk lebih berhati-hati.

Dalam imbauan yang diposting di Instagram resmi KBRI London pada Minggu (4/8/2024), disebutkan bahwa “KBRI London mengimbau kepada seluruh WNI yang berada di Inggris Raya dan Irlandia untuk mempertimbangkan urgensi serta meningkatkan kewaspadaan khususnya jika harus bepergian atau beraktivitas di luar rumah.” Ini berkaitan dengan kerusuhan yang terjadi pada Jumat (2/08) di Sunderland serta kemungkinan rencana aksi serupa di kota lain.

WNI diminta oleh KBRI London untuk selalu mengikuti petugas yang berwenang. Mereka juga diminta untuk terus mengawasi komunikasi di media sosial KBRI London atau komunitas WNI setempat.

Menghindari kerumunan besar-besaran dan lokasi yang dapat menjadi tempat pengumpulan massa atau kelompok demonstran. Menurut KBRI London, dalam situasi darurat, hubungi 112 atau 999, atau hotline kekonsuleran KBRI London dengan nomor +447795105477 dan +447425648007.

Leave a Comment